Endingnya Gini! Kau Berbohong Tentang Cintamu, Tapi Aku Tetap Percaya Setiap Kali Kau Tersenyum

Kau Berbohong Tentang Cintamu, Tapi Aku Tetap Percaya Setiap Kali Kau Tersenyum

Debu kuno menari dalam cahaya senja yang menyusup melalui jendela rumah teh. Aroma melati dan nostalgia memenuhi udara, membungkus Mei Lan dalam kabut ingatan yang aneh. Dia selalu merasa seperti pernah berada di sini, di tempat yang seharusnya asing ini, seolah dia adalah bayangan dari masa lalu yang terlupakan.

Di seberang meja, duduklah Zhao Wei. Senyumnya menawan, matanya seperti telaga yang menyimpan rahasia yang dalam. Mei Lan tahu, dalam hatinya, bahwa ia mencintai Zhao Wei. Tapi setiap kali Zhao Wei tersenyum, sesuatu berdenyut di dalam dirinya—rasa sakit yang familiar, pengkhianatan yang pahit.

Mereka bertemu di pameran kaligrafi. Sentuhan tangan mereka terasa seperti deja vu—kilatan pedang, janji setia di bawah rembulan, dan darah yang mengering di sutra putih. Mei Lan adalah seorang putri, Zhao Wei adalah jenderalnya. Mereka saling mencintai, dengan bodohnya. Lalu, ia menikamnya dari belakang demi takhta.

Mimpi itu selalu datang.

"Kau melamun lagi, Mei Lan?" tanya Zhao Wei, suaranya selembut beludru. Mei Lan tersenyum, dipaksakan.

"Hanya memikirkan betapa indahnya senja ini."

Namun, ia tahu, ia tidak bisa lari dari kebenaran. Potongan-potongan ingatan itu semakin jelas. Zhao Wei, sang jenderal yang berkhianat, telah terlahir kembali. Dan ia...ia harus membuat pilihan.

Zhao Wei memegang tangannya. "Kau berbeda, Mei Lan. Lebih kuat. Lebih..."

"Lebih sadar?" potong Mei Lan. Senyumnya kali ini tulus, dingin. "Ya, Wei. Aku ingat semuanya."

Di kehidupan ini, Zhao Wei adalah seorang seniman yang berbakat. Ia berambisi, tapi tidak haus kekuasaan seperti dulu. Mei Lan bisa saja membalas dendam, mengungkap kejahatannya, menghancurkan hidupnya. Tapi balas dendamnya akan lebih halus.

Ia akan mencintainya. Ia akan membuat Zhao Wei bergantung padanya, mencintainya lebih dari apa pun di dunia ini. Dan kemudian, ketika saatnya tiba, ia akan melepaskannya. Bukan dengan pedang, tapi dengan kata-kata. Dengan keheningan.

"Aku harus pergi, Wei," kata Mei Lan, berdiri. "Ada sesuatu yang harus kuurus."

Zhao Wei menatapnya, bingung. "Tapi...kemana?"

Mei Lan berbalik di ambang pintu. Senyum terakhirnya adalah senyum seorang dewi, dingin dan mematikan.

"Ke tempat di mana cinta tidak lagi cukup."

Mei Lan meninggalkan Zhao Wei di rumah teh itu, selamanya terkurung dalam jaring nostalgia dan kerinduan. Ia menolak tawaran kerja Zhao Wei untuk menjadi model lukisannya, menolak semua hadiah dan ajakannya. Mei Lan menghilang dari kehidupan Zhao Wei selamanya. Membiarkan Zhao Wei hidup dengan penyesalan dan pertanyaan yang tidak akan pernah terjawab. Balas dendam terindahnya adalah dengan memastikan Zhao Wei akan selalu mempertanyakan cintanya dan meragukan setiap senyuman yang pernah diberikannya.

Dan seperti janji yang tertunda seribu tahun, ia akan kembali... mungkin tidak dalam hidup ini.

You Might Also Like: Peluang Bisnis Skincare Bisnis

OlderNewest

Post a Comment