Ini Baru Drama! Cinta Yang Menyamar Sebagai Dendam

Cinta yang Menyamar Sebagai Dendam

Malam itu merayap seperti ular berbisa, melilit Mansion Xue dengan kegelapan yang menyesakkan. Salju turun tanpa ampun, menutupi halaman luas dengan permadani putih yang ternoda percikan MERAH – darah yang membeku, saksi bisu sebuah rahasia. Aroma dupa yang dibakar di altar leluhur tak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk tulang, seolah kematian sendiri berbisik di setiap sudut ruangan.

Di tengah pusaran badai salju, berdiri Xue Mei Lan, seorang wanita dengan tatapan setajam belati tersembunyi. Gaun sutra hitamnya berkibar tertiup angin, mencerminkan badai yang mengamuk dalam hatinya. Di hadapannya, terikat di kursi kayu ek berukir naga, duduk Li Wei, pria yang pernah mengisi mimpinya dengan kehangatan mentari, kini hanya bara api yang nyaris padam.

"Mengapa?" desis Mei Lan, suaranya serak dan bergetar, tapi dipenuhi kebencian. "Mengapa kau hancurkan semua yang kumiliki?"

Li Wei hanya menatapnya dengan mata yang memancarkan kesedihan mendalam. "Mei Lan…kau tidak mengerti…"

"Tidak mengerti?! Selama sepuluh tahun aku hidup dalam mimpi palsu, mencintai seorang pria yang ternyata adalah putra pembunuh ayahku! Sepuluh tahun! Kau mengambil namaku, kepercayaanku, dan hatiku!" Air mata mengalir di pipi Mei Lan, mencampur dengan sisa abu dupa yang menempel di kulitnya.

Flashback menghantam Mei Lan seperti ombak tsunami. Pertemuan pertama mereka di bawah pohon sakura yang bermekaran, janji setia yang diukir di selembar kertas usang, ciuman pertama yang terasa seperti sentuhan surga. Semuanya, ternyata, adalah LUKA yang disengaja.

Li Wei berusaha menjelaskan, suaranya tercekat. "Ayahku…dia dijebak. Aku bersumpah! Aku mendekatimu untuk mencari kebenaran, untuk membersihkan namanya. Aku tidak pernah berniat menyakitimu, Mei Lan. Sungguh."

Mei Lan tertawa sinis. "Kebenaran? Kau pikir kebenaran bisa mengembalikan nyawa ayahku? Kau pikir kata-kata manis bisa menghapus darah yang menempel di tanganmu?" Dia mendekat, mencabut belati perak yang terselip di balik gaunnya. Pantulan api obor menari-nari di bilahnya, seperti tawa iblis yang puas.

"Dulu, aku bermimpi membangun keluarga bersamamu, Li Wei. Membesarkan anak-anak di bawah naungan cinta. Sekarang…" Mei Lan mengayunkan belatinya. "Sekarang aku hanya ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Kesepian abadi. Kekosongan yang tak terisi. Dendam yang tak terpadamkan."

Li Wei memejamkan mata, pasrah. Air mata menetes di salju yang memerah di bawahnya. Ia tahu, di balik amarah Mei Lan, masih tersimpan cinta yang dalam. Cinta yang telah diracuni oleh kebohongan dan pengkhianatan.

Detik berikutnya, hening menyelimuti Mansion Xue. Salju terus turun, menutupi jejak-jejak tragedi. Mei Lan berdiri di sana, belati di tangannya gemetar, air mata mengalir tanpa henti. Balas dendamnya telah terlaksana, namun hatinya terasa semakin hancur. Ia telah membalas dendam pada pria yang dicintainya, namun yang terbunuh sebenarnya adalah sebagian dari dirinya sendiri.

Ia menatap jasad Li Wei untuk terakhir kalinya, lalu berbalik, meninggalkan Mansion Xue dalam kesunyian yang mencekam. Langkahnya ringan, namun jiwanya terasa berat.

Di tengah keheningan malam, angin membawa bisikan dingin:

Dia mungkin telah membalas dendam, tapi bayangan masa lalu akan terus menghantui, sampai akhir zaman.

You Might Also Like: 184 Alasan Sunscreen Mineral Lokal

OlderNewest

Post a Comment